Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 31 Oktober 2013

TAHU KAH ANDA APA YANG DI MAKSUD DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ?

A.    PENGERTIAN KETERAMPILAN BERBICARA
Keterampilan berbicara adalah suatu penyampaian maksud ( ide,pikiran,isi hati ) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.Jadi, dalam berbicara ,seseorang menggunakan bahasa ,hal ini dapat dilihat dari ciri bahasa yang ada pada keterampilan berbicara  yaitu  bahasa bersifat lisan,insani,bersistem dan bermakna. Sedangkan tujuan utama  berbicara ialah untuk berkomunikasi.
B.     KETERKAITAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN ASPEK KETAMPILAN BERBAHASA
Adapun hubungan keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa yang lainnya adalah dapat dicermati pada tabel  berikut ini :
KETERAMPILAN BERBAHASA
MENYIMAK
BERBICARA
Saling melengkapi
MEMBACA
BERBICARA
Saling melengkapi
MENULIS
BERBICARA
Saling melengkapi

1.      Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Menyimak
             Dalam kegiatan berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak dan pembicara dapat bertukar atau berganti peran. Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan sebaliknya, pembicara menjadi penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan tanya jawab, saling memberi masukan atau interaktif.
            Pengetahuan yang diperoleh dari seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik.
2.      Hubungan Keterampilan Berbicara Dengan Keterampilan Membaca
Dalam Hubungan antara berbicara dengan membaca dapat di katakana saling melengkapi, dimana pada saat kita itu membaca maka pada saat itu juga kita akan berbicara, tetapi yang kita bicarakan adalah bahan bacaan yang sedang kita baca bukan ungkapan, ide, dan perasaan yang berasal dari kita sepenuhnya melainkan diatur oleh konteks bacaan.  
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3.      Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Menulis
Keterampilan berbahasa khususnya pada keterampilan berbicara dengan keterampilan menulis memiliki hubungan yang erat. Misalnya seorang penyaji seminar selain pintar berbicara ketika mempresentasikan makalahnya, Ia juga memiliki kepandaian dalam menulis bahan seminar.
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara.

C. JENIS – JENIS KETERAMPILAN BERBICARA
             Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara  yaitu:
a.       Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat  bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari, Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat.
v    Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
Ø Tukar pengalaman,
Ø Percakapan,
Ø Menyampaikan berita,
Ø Menyampaikan pengumuman,
Ø Bertelepon dan
Ø memberi petunjuk
v   Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal  meliputi :
Ø Perencanaan dan penilain
Ø Ceramah
Ø Interview
Ø Prosedur parlementer dan Bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)
b.        Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:
a.        Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh:
Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.

b.       Berbicara menginformasikan. Dalam  suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya.
Contoh:
1.  Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang kabinet
2.  Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan sebagainya.
3.  Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan
4.  Penjelasan instruktur pada siswanya.

c.       Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Contoh:
1.        Nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
2.        Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
3.        Nasehat dokter pada pasiennya
4.        Nasehat atasan pada karyawan yang malas dan
5.        Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati
d.   Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.
Contoh:
1.     Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana
2.     Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,
3.     Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,
4.     Pidato calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya
5.     Pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
e. Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat.
Misal:
-     Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
D. APLIKASI KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN
Aplikasi berbicara dalam pembelajaran sangatlah penting, karena tanpa berbicara maka sulit orang itu untuk memahami apa yang kita ingin ungkapkan  dan dalam pembalajaran baik itu di bangku sekolah atau di lingkungan masyarakat banyak sekali aplikasi dari keterampilan berbicara ini yang dapat kita cermati.
Adapun contoh penerapan keterampilan berbicara pada pembelajaran sebagai berikut :
(1)     berceramah,
(2)     berdebat,
(3)     bercakap-cakap,
(4)     berkhotbah,
(5)     bertelepon,
(6)     bercerita,
(7)     berpidato,
(8)     bertukar pikiran,
(9)     bertanya,
(10) bermain peran,
(11) berwawancara,
(12) berdiskusi,
(13) berkampanye,
(14) menyampaikan sambutan, selamat, pesan,
(15) melaporkan,
(16) menanggapi,
(17) menyanggah pendapat,
(18) menolak permintaan, tawaran, ajakan,
(19) menjawab pertanyan,
(20) menyatakan sikap,
(21) menginformasikan,
(22) membahas,
(23) melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan),
(24) menguraikan cara membuat sesuatu,
(25) menawarkan sesuatu,
(26) meminta maaf,
(27) memberi petunjuk,
(28) memperkenalkan diri,
(29) menyapa,
(30) mengajak,
(31) mengundang,
(32) memperingatkan,
(33) mengoreksi,
(34) tanya-jawab.