A.
PENGERTIAN KETERAMPILAN BERBICARA
Keterampilan
berbicara adalah suatu penyampaian maksud ( ide,pikiran,isi hati ) seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dapat dipahami orang lain.Jadi, dalam berbicara ,seseorang menggunakan bahasa
,hal ini dapat dilihat dari ciri bahasa yang ada pada keterampilan berbicara yaitu
bahasa bersifat lisan,insani,bersistem
dan bermakna. Sedangkan tujuan utama
berbicara ialah untuk berkomunikasi.
B. KETERKAITAN
KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN ASPEK KETAMPILAN BERBAHASA
Adapun
hubungan keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa yang lainnya
adalah dapat dicermati pada tabel berikut ini :
KETERAMPILAN BERBAHASA
|
||
MENYIMAK
|
BERBICARA
|
Saling
melengkapi
|
MEMBACA
|
BERBICARA
|
Saling
melengkapi
|
MENULIS
|
BERBICARA
|
Saling
melengkapi
|
1. Hubungan
Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Menyimak
Dalam
kegiatan berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak dan pembicara dapat
bertukar atau berganti peran. Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan
sebaliknya, pembicara menjadi penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi
pada kegiatan tanya jawab, saling memberi masukan atau interaktif.
Pengetahuan
yang diperoleh dari seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang
baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik.
2.
Hubungan Keterampilan Berbicara Dengan
Keterampilan Membaca
Dalam
Hubungan antara berbicara dengan membaca dapat di katakana saling melengkapi,
dimana pada saat kita itu membaca maka pada saat itu juga kita akan berbicara,
tetapi yang kita bicarakan adalah bahan bacaan yang sedang kita baca bukan
ungkapan, ide, dan perasaan yang berasal dari kita sepenuhnya melainkan diatur
oleh konteks bacaan.
Berbicara
dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara
bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai
penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan
berfungsi sebagai penerima informasi.
Bahan
pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering
orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan
pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang
diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3.
Hubungan
Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Menulis
Keterampilan berbahasa khususnya
pada keterampilan berbicara dengan keterampilan menulis memiliki hubungan yang
erat. Misalnya seorang penyaji seminar selain pintar berbicara ketika
mempresentasikan makalahnya, Ia juga memiliki kepandaian dalam menulis bahan
seminar.
Kegiatan
berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan
itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui
kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian
informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi
yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak
ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan
berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan
menunjang keterampilan berbicara.
C. JENIS – JENIS KETERAMPILAN
BERBICARA
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran
akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan,
pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan pengamatan ada lima
landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara yaitu:
a.
Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan
lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat
formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi
formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak
formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang
bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara
yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari,
Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat.
v Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
Ø Tukar
pengalaman,
Ø Percakapan,
Ø Menyampaikan
berita,
Ø Menyampaikan
pengumuman,
Ø Bertelepon
dan
Ø memberi
petunjuk
v Sedangkan jenis
kegiatan yang bersifat formal meliputi :
Ø Perencanaan
dan penilain
Ø Ceramah
Ø Interview
Ø Prosedur
parlementer dan Bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)
b.
Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari
pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan atau menggerakan
pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita
klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:
a.
Berbicara menghibur, biasanya
suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak
dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha
membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh:
Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk,
srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.
b.
Berbicara menginformasikan.
Dalam suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan
pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi
benar-benar terjaga keakuratannya.
Contoh:
1. Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang
kabinet
2. Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu
kejadian, peraturan pemerintah, dan sebagainya.
3. Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan
4. Penjelasan instruktur pada siswanya.
c.
Berbicara menstimulasi, berbicara
menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara
berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa,
pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi
pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat
pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik,
bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi
oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Contoh:
1. Nasehat
guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
2. Pepatah
petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
3. Nasehat dokter
pada pasiennya
4. Nasehat
atasan pada karyawan yang malas dan
5. Nasehat
ibu pada putrinya yang patah hati
d. Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya,
bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan
menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju
menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu
menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada
argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari
segala segi.
Contoh:
1. Pidato petugas KBN didepan
masyarakat yang anti keluarga berencana
2. Pidato petugas Depsos pada
masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,
3. Pidato pimpinan partai
tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,
4. Pidato calon kepala desa di
daerah yang belum simpati padanya
5. Pidato pimpinan BRI pada
masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
e. Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik
dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara
mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat.
Misal:
- Bung Tomo dapat membakar
semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
D. APLIKASI KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN
Aplikasi berbicara dalam pembelajaran sangatlah penting,
karena tanpa berbicara maka sulit orang itu untuk memahami apa yang kita ingin
ungkapkan dan dalam pembalajaran baik
itu di bangku sekolah atau di lingkungan masyarakat banyak sekali aplikasi dari
keterampilan berbicara ini yang dapat kita cermati.
Adapun contoh penerapan keterampilan berbicara pada
pembelajaran sebagai berikut :
(1) berceramah,
(2) berdebat,
(3) bercakap-cakap,
(4) berkhotbah,
(5) bertelepon,
(6) bercerita,
(7) berpidato,
(8) bertukar pikiran,
(9) bertanya,
(10) bermain peran,
(11) berwawancara,
(12) berdiskusi,
(13) berkampanye,
(14) menyampaikan sambutan, selamat, pesan,
(15) melaporkan,
(16) menanggapi,
(17) menyanggah pendapat,
(18) menolak permintaan, tawaran, ajakan,
(19) menjawab pertanyan,
(20) menyatakan sikap,
(21) menginformasikan,
(22) membahas,
(23) melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan),
(24) menguraikan cara membuat sesuatu,
(25) menawarkan sesuatu,
(26) meminta maaf,
(27) memberi petunjuk,
(28) memperkenalkan diri,
(29) menyapa,
(30) mengajak,
(31) mengundang,
(32) memperingatkan,
(33) mengoreksi,
(34) tanya-jawab.